PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS
E-LEARNING
Oleh : Haris Fazlurrachman, S.Pdi
Sesuai arus perkembangan teknologi serta informasi berdasarkan kontelasi zaman,sistem pembelajaran pun mau tak mau wajib berubah. Salah satu manifestasi dari perubahan tersebut ialah munculnya Kurikulum baru yang sering menjadi biang keladi problematika pendidikan di negeri kita tercinta.
Para pakar boleh bernafas lega setelah jerih payah mereka berkarya telah membuahkan hasil yang memberi angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia. Namun sebagian guru sangat kecewa karena ketidak sanggupan mengaplikasikan konten Kurikulum tersebut dalam tataran operasional sekolah.
Baru saja kita dengar wacana akan berubahnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) di berbagai media, ini sudah membuat gelisah beberapa Pengajar/Guru di instansi tertentu yang mungkin belum tersosialisasi secara efektif. Salah satunya bidang studi Agama Islam, kita boleh bangga bahwa mayoritas negara kita menganut ajaran tersebut, namun sudahkah kita sadari berapa porsentase pendidikan Agama Islam yang dapat teraplikasi dalam tataran pendidikan formal bangsa kita.
Kemajuan teknologi yang mendorong perubahan sistem pendidikan pun seharusnya memproporsikan standarisasi pendidikan agama menjadi substansi pendidikan yang utama. Ada beberapa metode yang mutlak di sajikan dalam format pendidikan agama tersebut. Salah satunya ialah pendidikan agama islam berbasis e-learning, dimana jutaan peserta didik selain dituntut menguasai materi teologi juga diwajibkan menguasai teknologi. Ini jelas akan berimplikasi pada kualitas output peserta didik tersebut.
Mengapa hal ini perlu mendapat perhatian?
Sebagai standar acuan kemajuan pendidikan bangsa memang diperlukan kompetensi yang unggul dibidangnya masing-masing. Adapun penguasaan teknologi sebagai penunjang keberhasilan aktifitas yang relevan dengan zaman mutlak dikuasai semua orang terlebih bagi mereka yang bergelut di bidang pendidikan formal tak terkecuali guru agama.
Bagaimana mensiasatinya ?
Hal tersebut sebenarnya sangat mudah selama ada kesadaran individu untuk memulainya. Bukankah Mike Murdoch pernah berkata “Gagal mempersiapkan sama dengan mempersiapkan kegagalan”. Agar usaha kita optimal diperlukan persiapan matang untuk menghadapinya. Salahsatunya ialah mengembangkan potensi guru agama dengan memberikan latihan penguasaan perangkat teknologi mutakhir,salah satunya internet.
Setelah kompetensi dasar penguasaan teknologi teraplikasi dengan baik pada guru tersebut, tahap selanjutnya ialah mengembangkan kreatifitas guru untuk mengolah materi pengajaran berbasis e-learning. Hal tersebut tidak mustahil untuk direalisasikan,mengingat banyak sekali siswa yang mampu mengakses internet bahkan tak kurang yang menjadi member friendster atau memiliki webblog pribadi. Untuk itu penyuntikan motivasi sangat perlu ditanamkan agar usaha ini terlaksana secara optimal. Semoga dengan terealisasinya hal tersebut dalam dunia pendidikan kita, kemajuan dunia pendidikan Indonesia akan terasa. Sehingga krediblitas pendidikan Indonesia dapat pulih dari keterpurukan,dan juga dapat menjadi momentum awal yang dapat menjadi inspirasi bagi seluruh pihak khususnya bagi mereka yang terjun di dunia pendidikan agama islam.
Senin, 28 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar