Senin, 04 Agustus 2008

FADHAIL SHIYAM

FADHAIL SHIYAM

Muqaddimah
Firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Al Baqarah : 183)
Ummul Mu’minin ‘Aisyah ra berkata, “Bala’ pertama kali menimpa bagi umat ini sepeninggal Nabinya adalah kekenyangan, karena sesungguhnya kaum ketika kenyang perut mereka badan mereka menjadi gemuk, kemudian hati mereka melemah dan syahwat mereka bergejolak.” (Disebutkan oleh Al Mundziri dalam At Targhib wat Tarhib).
Umar bin Khathab ra berkata, “Jauhilah olehmu kenyang dalam makan dan minum karena itu merusak tubuh, mendatangkan penyakit, membuat malas dari mengerjakan shalat dan kalian harus sederhana dalam makan dan minum. Karena itu lebih sesuai bagi tubuh dan lebih jauh dari melampaui batas, dan sesungguhnya Allah Ta’ala membenci pendeta yang gemuk dan sesungguhnya seseorang tidak akan rusak sehingga dia mengutamakan syahwatnya atas agamanya.”
Urgensi Shiyam dalam Tazkiyatun Nafs
1. Shiyam adalah satu bentuk ketaatan terhadap kewajiban syar’i untuk mencapai derajat taqwa. Tanpa shiyam tidak mungkin seseorang mencapai derajat tersebut.
2. Shiyam sebagai penghapus dosa, fitnah yang akan menimpa seseorang, keluarga, harta dan tetangganya. Rasulullah saw bersabda, “Fitnah terhadap seseorang dalam keluarga, harta dan tetangga akan dihapuskan oleh shalat, puasa dan shadaqah.” (HR Bukhari). Rasulullah saw ditanya tentang puasa ‘Asyura, maka beliau bersabda, “Ia menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.” (HR Muslim). Dan beliau ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda, “Ia menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun berikutnya.” (HR Muslim)
3. Shiyam adalah sarana tazkiyatun nafs dan ibadah yang tidak ada tandingannya. Abu Umamah ra, berkata: Aku dating kepada Rasulullah saw, maka aku berkata: Perintahkan aku dengan amal yang memasukkan aku ke surga! Rasulullah saw menjawb: Atas kamu berpuasa, karena puasa itu tidak ada tandingannya.”. Dan ketika aku datang lagi beliau perintahkan lagi untuk berpuasa. “Kamu harus berpuasa, (HR Ahmad,Nasai, dan Hakim, dia berkata: Hadits aShahih).
4. Shiyam adalah sarana efektif untuk menjauhkan diri dari siksa api neraka, karena puasa adalah perisai dan benteng yang kokoh dari api neraka. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah niscaya Allah menjauhkan Jahannam dari dirinya sejauh perjalanan seratus tahun.” (HR Nasa’I) Rasulullah saw bersabda, “Shiyam adalah perisai dan benteng yang kokoh dari siksa neraka.” (HR Bukhari)
5. Pahala shiyam langsung diperhitungkan oleh Allah sendiri. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebajikan dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa. Karena sesungguhnya puasa itu langsung untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya, karena ia rela meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku.’” (HR Muslim)
6. Shiyam adalah sarana yang paling efektif untuk mengendalikan syahwat dan nafsu birahi, sehingga Rasulullah saw memerintahkan pemuda yang belum sanggup untuk menikah, sementara nafsu birahinya bergelora agar berpuasa. Beliau bersabda, “Dan barangsiapa yang belum mampu untuk menikah maka atasnya harus berpuasa, karena puasa itu baginya sebagai pengekang syahwat.” (HR Al Jama’ah dari Ibnu Mas’ud ra).
7. Orang yang berpuasa mendapatkan rahmat Allah lebih besar dibandingkan orang yang mendapatkan makanan saat tidak berpuasa. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berpuasa apabila di sampingnya disantap berbagai makanan, maka para malaikat bershalawat (memohonkan rahmat Allah) untuknya.” (HR Turmudzi).
8. Shiyam akan menjadi syafi’ (pembela) bagi orang berpuasa pada hari Kiamat nanti. Rasulullah saw bersabda, “Shiyam dan Al Qur’an akan memberi syafa’at kepada hamba pada hari kiamat. Shiyam berkata, ‘Ya Rabbi, hamba-Mu ini telah aku cegah dari makan, minum dan menuruti syahwatnya di siang hari. Maka berikanlah aku hak untuk memberi syafa’at (membelanya).’ Al Qur’an berkata, ‘Ya Rabbi, hamba-Mu ini telah aku cegah dari tidur di malam hari, maka berikanlah aku hak untuk memberi syafa’at (membelanya).’ Maka keduanya diizinkan memberi memberi syafa’at.” (HR Ahmad).
Fadhilah & Macam-macam Shiyam Sunnah
1. Puasa di bulan Muharram
 Rasulullah saw bersabda, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah yaitu Muharram dan shalat yang paling utama setelah fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim)
 Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw berpuasa pada hari ke sepuluh (‘Asyura) dan beliau memerintahkan puasa pada hari itu. (Muttafaqun ‘alaih).
 Dan beliau bersabda, “Sekiranya aku masih hidup sampai tahun depan pastilah aku berpuasa pada hari ke sembilan (Tasu’a).” (HR Muslim)
2. Puasa pada bulan Dzulhijjah, yaitu puasa hari Arafah. Dari Abu Qatadah ra,berkata: Rasulullah saw, pernah ditanya tentang puasa Arafah.
 Beliau bersabda: “Ia menghapuskan dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim).
 Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada hari-hari bagi amal shalih di dalamnya lebih dicintai di sisi Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari awal bulan Dzul Hijjah.” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau bersabda, “Kecuali seorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak pulang lagi dengan sesuatu apa pun dari itu.” (HR Bukhari)
3. Puasa enam hari di bulan Syawal
 Dari Abu Ayyub ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya enam hari dari bulan Syawal adalah baginya seperti puasa sepanjang tahun.” (HR Muslim)
4. Puasa Senin dan Kamis
 Dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah saw bersabda, “Seluruh amal dihaturkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis maka aku senang amalku dihaturkan sedangkan aku tengah berpuasa.” (HR Turmudzi)
5. Puasa tiga hari setiap bulan, dan yang paling utama adalah ayyamul bidh, yaitu tanggal 13, 14 dan 15.
 Dari Abu Hurairah ra berkata, “Kekasihku yaitu Rasulullah saw berwasiat kepadaku dengan tiga hal: Berpuasa tiga hari setiap bulan, melakukan dua rekaat dhuha, dan shalat witir sebalum tidur. (Muttafaqun ‘alaih).
6. Puasa Dawud, yaitu satu hari berpuasa dan satu hari berbuka.
Rasulullah saw, besabda: “Puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Dawud, dan shalat yang paling Allah cintai adalah shalat Dawud, ia tidur setengah malamnya, kemudian shalat sepertiganya dan tidur lagi seperenamnya. Dan dia berpuasa satu hari dan tidak berpuasa satu hari.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
7. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
‘Aisyah ra, berkata: “Tak pernah aku mndapati Rasulullah saw, berpuasa sempurna sebulan penuh selain Ramadhan, dan tidak aku dapati beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban.” (Muttafaq ‘Alaih).
8. Disunnahkan banyak berpuasa bagi para bujangan yang belum sanggup untuk menikah, sementara nafsu birahinya selalu bergelora.
 Rasulullah saw, bersabda: “Dan barangsiapa belum mampu untuk menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu baginya sebagai pengekang syahwatnya.” (HR. Bukhari).
Derajat Shiyam Yang Tertinggi
Puasa yang dilakukan oleh seorang mukmin sejati bukanlah sekedar menahan perut dan faraj dari menyalurkan syahwatnya, akan tetapi ia juga menahan pandangan, lisan, pendengaran, tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh dari segala dosa. Di samping itu ia juga menahan hati dari niat yang hina atau berfikir yang menjauhkan diri dari Allah sehingga seluruh jiwa raganya terkonsentrasikan untuk taat kepada Allah semata.

TATA CARA BERSUCI DARI HAID DAN JUNUB

TATA CARA BERSUCI DARI HAID DAN JUNUB


Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan (jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah radhiallahu anhaa berikut ini : "Seorang wanita berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : "Sesungguhnya aku adalah orang yang mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambutkau untuk mandi janabat. " Rasulullah menjawawb: "Sungguh cukup bagimu menuang mengguyur) atas kepalamu tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh dengan berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata hadits ini adalah hasan shahih).

Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq dengan lafadz: "Apakah aku harus (harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi janabat?" disunahkan bagi wanita apbila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak meninggalkan bau. Hal ini diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisah Radhiallahu anha : "Bahwasanya Asma binti Yazid bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang mandi haid. Maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda : "(hendklah) salah seorang di antara kalian memakai air yang dicampur dengan daun bidara (wewangian), kemudian dia bersuci dengannya lalu berwudhu dan memperbaiki wudhunya. Kemudian dia siramkan air di atas kepalanya. Lalu dia siramkan atasnya air (ke seluruh tubuh) setelah itu (hendaklah) dia mengambil kapas (atau kain yang telah diberi minyak wangi) kemudian ia bersuci dengannya."{HR. Al-Jamaah kecuali Tirmidzi}.

Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syar`i, kecuali dengan dua hal :
1. Niat, karena dengan niat terbedakan dari kebiasan dengan ibadah, dalilnya hadits Umar bin Khaththab radhiallahu anhu: "bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya."{HR. Al-Jamaah}

Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa niat tidak dianggap syari. Yang perlu diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.

2. Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah subhanahu wa Taala: "Dan apabila kalian junub maka mandilah.{Al-Maidah :6}

Dan juga firman Allah subhanahu wa Taala : "Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri)yang sedang haiddan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi)."{Al-Baqarah : 222}
Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah :
1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan tersebut digosokan ke bumi.
3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci kedua kaki.
4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali
6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.
7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala berwudhu).
8. membersihkan/mengeringkan airyang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan handuk atau lainnya.
Tata cara mandi seperti di atas sesuai dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam : "dari Aisah radhiallahu anha, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila dari junub beliau mulai dengan mencuci kedua tangannya, lalu beliau mengambil air dengan tangan kanan kemudian dituangkan di atas tangan kiri (yang) beliau gunakan untuk mencuci kemaluannya. Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya orang yang mau shalat. Selesai itu beliau mengambil air(dan menuangkannya di kepalanya)sambil memasukan jari-jemarinyake pangkal rambutnyahingga beliau mengetahui bahwasanya beliau telah membersihkan kepalanya dengan tiga siraman (air), kemudian menyiram seluruh badannya."{HR. Bukhari dan Muslim}

Dan juga hadits : "Dari Aisyah radhiallahu anha berkata: Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila mandi janabat beliau meminta air, kemudian beliau ambil dengan telapak tangannya dan dan mulai (mencuci) bagian kanan kepalanya lalu bagian kirinya. Setelah itu beliau mengambil air dengan kedua telapak tangannya lalu beliau balikkan (tumpahkan) di atas kepalanya."{HR. Bukhari dan Muslim}
Dalam hadits lain : "Dari Maimunah radhiallahu anha berkata : "Aku meletakan air untuk mandi Nabi shallallahu alaihi wasallam. Kemudian beliau menuangkan atas kedua tangannya dan mencucinya dua atau tiga kali, lalu beliau menuangkan dengan tangan kanannya atas tangan kirinya dan mencuci kemaluannya (dengan tangan kiri), setelah itu beliau gosokkan tangan (kirinya) ke tanah.Kemudian beliau berkumur-kumur, memasukanair ke hidung dan menyemburkannya, lalu mencuci kedua wajah dan kedua tangannya, kemudian mencuci kepalnya tiga kali dan menyiram seluruh badannya. Selesai itu beliau menjauh dari tempat mandinya lalu mencuci kedua kakinya. Berkata Maimunah : Maka aku berikan kepadanya secarik kain akan tetapi beliau tidak menginginkannya dan tetaplah beliau mengeringkan air (yang ada pada badannya) dengan tangannya."{HR. Al-Jamaah}
Cara mandi di atas adalah cara mandi wajib yang sempurna yang seharusnya dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka untuk mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Perlu diketahui bahwa untuk mandi besar ada dua sifat:
1. Mandi sempurna dengan menggunakan cara-cara di atas.
2. Mandi biasa yaitu mandi yang hanya melakukan hal yang wajib saja tanpa melakukan sunnahnya, dallinya keumuman ayat dalam surat yang artinya : "Janganlah kalian dekati mereka (wanita Haid) sampai mereka bersuci (mandi) dan apbila mereka telah mandi...."{Al-Baqarah 222}. Dan juga dalam firman Allah subhanahu wa Taala : Dan apabila kalian junub maka bersucilah (mandilah)."{Al-Maidah : 6}
Dalam dua ayat di atas Allah subhanau wa Taala tidak menyebutkan kecuali mandi saja, dan barang siapa telah membasahi seluruh badannya dengan air dengan mandi besar walaupun hanya sekali berarti dia telah suci. Yang demikian juga telah ada keterangan dari hadits shahih dari Aisyah dan Maimunah radhiallahu anhuma, juga hadits Ummu Salamah radhiallahu anha : "Cukuplah bagimu menuangkan air di atas kepalanya tiga kali tuangan , kemudian engkau siram (seluruh badanmu) dengan air, (dengan berbuat dmikian) maka sungguh engkau telah bersuci."{HR. Muslim}
Sebaik-baik teladan adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Wallahu alam bish-shawab.

(Ta’riful Qur’an)

Pengertian Al-Qur’an
(Ta’riful Qur’an)

Pembahasan tentang pengertian al-Qur'an (ta’riful Qur’an) mencakup tiga bagian pembahasan yaitu: definisi al-Qur'an, nama-nama al-Qur'an, dan fungsi atau kedudukan al-Qur'an

Mukadimah

Pemahaman kaum muslimin  secara umum  terhadap al-Qur'an masih parsial (juz’i). Hal itu menyebabkan Al-Qur'an belum difungsikan secara menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Qur'an sebagai obat (syifa) saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga, Al-Qur'an baru dekat dengan orang-orang yang sakit, sekarat atau sudah meninggal. Padahal al-Qur'an sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat. Sebagian yang lain hanya memahami al-Qur'an sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca al-Qur'an. Pemungsian al-Qur'an oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap al-Qur'an itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Qur'an menjadi sangat penting.

1. Pengertian al-Qur'an (ta’riful Qur’an)

Para ulama tafsir al-Qur'an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur'an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan. Kata qoro’a berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur'an pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur'an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur'an dengan akar kata qoro’a, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Qur'an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”

Makna al-Qur'an secara ishtilaahi, al-Qur'an itu adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:

• Al-Qur'an adalah firman Allah SWT (QS 53:4),

     
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur'an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
• Al-Qur'an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur'an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
     •               
23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

[31] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.


• Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192).

               
192. Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,

Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka al-Qur'an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur'an.
• Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9).

  •     
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya[793].

[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

• Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).

Ali bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi fitnah (kekacauan, bencana)” Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu (yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa yang meninggalkan al-Qur'an dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan barang siapa yang mencari petunjuk pada selainnya Allah akan menyesatkannya, Al-Qur'an adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Qur'an hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan al-Qur'an, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Qur'an tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis, ketika jin mendengarnya mereke berkomentar ‘Sungguh kami mendengarkan al-Qur'an yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasannya selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang mengamalkan al-Qur'an dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak kepada al-Qur'an dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari Ali r.a.)

2. Nama-nama al-Qur'an

Di dalam al-Qur'an terdapat banyak nama-nama al-Qur'an. Dibalik nama itu kita akan memahami fungsi al-Qur'an.

• Al-Qur'an
Nama yang paling populer adalah al-Qur'an itu sendiri, Allah menyebutkannya 58 kali. Penyebutan berulang-ulang itu menjadi peringatan bagi manusia agar dapat memfungsikan al-Qur'an sebagai bacaan agar mendapatkan petunjuk dalam hidup (QS 2: 185)

• Al-Kitab
Artinya, wahyu yang tertulis. Menurut Syaikh Abdullah ad Diros, penamaan dengan al-Kitab menunjukkan bahwa al-Qur'an tertulis dalam mushaf dan hendaknya melekat di dalam hati. Rasulullah bersabda: “Orang yang di dalam hatinya tidak ada sedikitpun al-Qur'an, bagaikan rumah yang rusak” (al-Hadist)

• Al-Huda
Artinya, petunjuk (QS 2:2). Sebagai petunjuk (al-Huda) merupakan fungsi utama dari diturunkannya al-Qur'an (QS 2:185). Kita tidak dapat menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk jika kita tidak membaca dan memahaminya, mengamalkannya dengan baik.

• Rahmah
Berarti rahmat, terutama bagi orang-orang yang beriman (QS 17:82).

• Nur
Berarti cahaya penerang. Konsekuensi dari pemahaman ini adalah dengan menjadikan al-Qur'an sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita (QS 5:15-16). Kita melihat tuntunan al-Qur'an, kemudian melangkah dengan tuntunan itu.

• Ruh
Berarti ruh sebagai penggerak (QS 16:2). Ruh menggerakkan jasad manusia. Dengan nama ini Allah SWT ingin agar al-Qur'an dapat menggerakkan langkah dan kiprah manusia. Terutama perannya untuk memberikan peringatan kepada seluruh manusia bahwa tidak ada Ilah selain Allah.

• Syifa’
Berarti obat (QS 10:57). Al-Qur'an merupakan obat penyakit hati dari kejahiliyahan, kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan.

• Al-Haq
Berarti kebenaran (QS 2:147).

• Bayan
Berarti penjelasan atau penerangan (QS 3:138; 2:185).

• Mauizhoh
Berarti pelajaran dan nasehat (QS 3:138).

• Dzikr
Berarti yang mengingatkan (QS 15:9).

• Naba’
Berarti berita (QS 16:89). Di dalam al-Qur'an memuat berita-berita umat terdahulu dan umat yang akan datang.

3. Fungsi dan kedudukan al-Qur'an

Fungsi utama dari al-Qur'an adalah kitab petunjuk (kitabul hidayah). Di samping itu al-Qur'an juga memiliki fungsi-fungsi yang lain, antara lain:
• Kitab berita (an-Naba’ wal akhbar) (QS 78:1-2)
• Kitab hukum dan aturan (al-hukmu wasy syari’ah) (QS 5:49-50)
• Kitab berjuang (Kitabul Jihad) (QS 29:69)
• Kitab pendidikan (Kitabut tarbiyyah) (QS 3: 79)
• Kitab ilmu pengetahuan (Kitabul ‘Ilm)

KEUTAMAAN MEMBACA ALQUR`AN

KEUTAMAAN MEMBACA ALQUR`AN


Dari Abu Musa Al-Asy`ari berkata, Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur`an bagaikan buah limau baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an bagaikan buah raihanah yang baunya harum dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit." Muttafaqun `Alaihi.


Merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan Al Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca Al Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk mengairahkan serta menghidupkan kembali kegairahan kita dalam membaca Al Qur`an, kami sampaikan beberapa keutamaan membaca Al Qur`an sebagai berikut :
1. Manusia yang terbaik.
Dari `Utsman bin `Affan, dari Nabi bersabda : "Sebaik-baik kalian yaitu orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya." H.R. Bukhari.
2. Dikumpulkan bersama para Malaikat.
Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda : "Orang yang membaca Al Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran." Muttafaqun `Alaihi.
3. Sebagai syafa`at di Hari Kiamat.
Dari Abu Umamah Al Bahili t berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda : "Bacalah Al Qur`an !, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya)." H.R. Muslim.
4. Kenikmatan tiada tara
Dari Ibnu `Umar t, dari Nabi bersabda : "Tidak boleh seorang menginginkan apa yang dimiliki orang lain kecuali dalam dua hal; (Pertama) seorang yang diberi oleh Allah kepandaian tentang Al Qur`an maka dia mengimplementasikan (melaksanakan)nya sepanjang hari dan malam. Dan seorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta maka dia infakkan sepanjang hari dan malam." Muttafaqun `Alaihi.
5. Ladang pahala.
Dari Abdullah bin Mas`ud t berkata, Rasulullah e : "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan "Alif lam mim" itu satu huruf, tetapi "Alif" itu satu huruf, "Lam" itu satu huruf dan "Mim" itu satu huruf." H.R. At Tirmidzi dan berkata : "Hadits hasan shahih".
6. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga
Dari Muadz bin Anas t, bahwa Rasulullah e bersabda : "Barangsiapa yang membaca Al Qur`an dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orangtuanya pada Hari Kiamat kelak. (Dimana) cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia. Maka kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. " H.R. Abu Daud.
KEMBALI KEPADA AL QUR`AN
Bukti empirik di lapangan terlihat dengan sangat jelas bahwa kaum muslimin pada saat ini telah jauh dari Al Qur`an Al Karim yang merupakan petunjuknya dalam mengarungi bahtera kehidupannya (The Way of Life). Firman Allah I :
Berkatalah Rasul:"Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS. 25:30)

Dan mereka (para musuh Islam) berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari sumber utama kekuatannya yaitu Al Qur`an Al Karim. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Al Qur`an Al Karim mengenai target rahasia mereka dalam memerangi kaum muslimin dalam firman-Nya :
Dan orang-orang yang kafir berkata:"Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka). (QS. 41:26)

Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan : "Selagi Al Qur`an masih di tangan umat Islam, Eropa tidak akan dapat mengusai negara-negara Timur." (Lihat buku "Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern" oleh Nabil Bin Abdurrahman Al Mahisy / 13).
Jauhnya umat terhadap Al Qur`an Al Karim merupakan suatu masalah besar yang sangat fundamental dalam tubuh kaum muslimin. Perkara untuk mempedomi petunjuk Allah I melalui kitab-Nya, bukan sekedar perbuatan sunnah atau suatu pilihan. Firman Allah I :
Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (QS. 33:36)
Tegasnya, menjadikan kitab Allah Subhanahu wa Ta`ala sebagai sumber petunjuk satu-satunya dalam kehidupan dan mengembalikan segala masalah hanya kepada-Nya merupakan suatu keharusan oleh setiap diri kita. Kita sama-sama bersepakat bahwa dalam menanggulangi masalah kerusakan sebuah pesawat terbang, kita harus memanggil seorang insinyur yang membuat pesawat itu, dan kita sama-sama bersepakat bahwa seorang pilot yang akan mengoperasionalkan suatu pesawat terbang harus mengikuti buku petunjuk oprasional pesawat yang dikeluarkan dari perusahaan yang memproduksinya. Tetapi mengapa kita tidak mau menerapkan prinsip ini dalam diri kita sendiri. Allah I lah yang menciptakan kita dan hanya petunjuk-Nya yang benar. Sedang kita mengetahui bahwa pegangan yang mantap dan pengarahan yang benar hanyalah :
Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". (QS. 2:120)
Ringkas dan tegas. Petunjuk Allah I itulah petunjuk. Selain dari itu bukan petunjuk. Tidak bertele-tele, tidak ada helah, tidak dapat ditukar. Rasulullah e bersabda :
"Sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Kitab (Al Qur`an) ini dan menghinakan yang lain dengannya pula." H.R. Muslim.
Karena itu jangan sampai kita mengikuti hawa nafsu mereka yang menyimpang dari garis yang tegas ini :
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120)
Ringkasnya, ketika umat Islam telah jauh dari Kitabullah, maka musibah dan malapetaka serta segala jenis penyakit hati akan datang silih berganti, sebagaimana yang saat ini kita lihat sendiri secara kasat mata.
Kita berdoa kepada Allah I, semoga Dia I mengerakkan hati dan memudahkan langkah kita dan umat Islam lainnya untuk kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Nabinya e sehingga menjadi umat yang terbaik sebagaimana firman-Nya I :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. 3:110)

Islam dan Science

Islam dan Science

Akhir2 ini berita gembira bisa dinikmati oleh para Cendekiawan Muslim (Moslem Scholar ) karena para Ilmuwan (Scientist ) sudah banyak yang mempercayai adanya Allah berdasarkan analisa keilmuan mereka (golongan Ilmuwan baikdari kalangan Ilmu-ilmu exact maupun dari kalanganIlmu-ilmu sosial). Meskipun ada juga yang tetap atheis yaitu dari golongan "seeing is believing", pingin lihat bukti langsung adanya Allah kasat mata. Adapaun obyek yang mereka telaah yang populer ada 7 sbb:
1. Bumi berputar dengan kecepatan 1000 mil/jam pada sumbunya. Mengapa 1000 mil/jam ? kalau saja hanya 160 mil/jam berarti lamanya siang dan malam akan 10 kali lebih lama alias 240 jam. kemudian panasany matahri selama 240 jam ini akan membakar semua tumbuh2an dan makhluk didtidakunia, sebaliknya dengan malam selama 240 jam, semua akan membeku !
2. Matahari panasnya 12.000 derajat F dan jaraknya cukup jauh dengan bumi, sehingga kita semua enak ! kalau saja matadhari hanya memberikan 1/2 panasnya dari keadaan sekarang, maka dunia akan membeku ! Ingat juga bahwa poros bumi membentuk sudut 23derajat dengan garis vertikal. mengapa 23 derajat ? kalau saja vertikal tidak ada deklinasi, maka uap air yang terbentu dilautan karena panasnya matahari akan berkumpul di kedua kutub saja dan membentuk benmua es yang makin besar dari waktu kwe waktu, tidak tersebar seperti sekarang ini. kemudian kalau jarak buan dengan bumi tidak seperti sekarang, tarohlah lebih dekat, akan terjadi gelombang pasang surut yang mematikan dan menghancurkan.
Berdasarkan fakta ini maka para Ilmuwan sependapat bahwa mesti ada yang mengatur "Universal intelligent " ini, siapa lagi kalau bukan Allah the Almighty .
3. Jutaan species dari Flora dan Fauna dengan segala keunikannya dan kespesifikannya sukar diterima kalau itu tidak ada yang mengatur. Semua ada pola, siklus, spesifik,seimbang,dll. tentu ada Universal Itelligent yang mengatur. Ya, siapa lagi kalau bukan Allah !
4. Kebijaksanaan dunia binatang yang selalu mempunyai instink yang menakjubkan, meskipun mereka tidak dilengkapi dengan akal adalah sangat menakjubkan. perhatikan kehidupan ikan Salmon yang hidup sekian tahun di laut, lalu hijrah ke hulu sungai didarat, sangat terpola dan bersiklus. Amuba, bacteri,virus,dlll. Ach pasti semuanya ada yang mengatur. Universal Iintelligent lagi. ya, tentulah Allah !
5. Manusia mempunyai instink lebih super dari binatang. Mengapa ? Karena ada seseorang yang membedakannya ! Siapa ? Universal Iintelligent yaitu Allah ! Para ilmuwan menyebutnya "the power of reason"
6. Diketahuinya "gene" yang mikroskopis yang membedakan mahluk dari satu dengan yang lainnya. Sukar diterima akal kalau tidak ada yang mengatur. Ini pasti kerjaan Universal Iintelligent, Allah yang Maha Besar !
7. Setiaap makhluk selalu dicipatakan "antinya" untuk tidak berkembang tidak terkontrol. Contoh di Australia pernah ada yang membawa Cactus awal 1900, kemudian ternyata tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali menyerang pemukiman penduduk. Par Ilmuwan menemukan bahwa predatornya yaitu sejenis insek, tidak terbawa. maka didatangkanlah dari Mexico. sekarang tumbuhnya terkendali, Australia aman dari serangan Cactus !
8. Allah tidak kelihatan, tapi manusia bisa mngetahui bahwa Allah itu ada !Ini yang dinamakan "power of concept" and "power of imagination". Dikenallah istilah "spiritual reality". Mengapa otak manusia begitu super. pasti kerjaanya Universal Iintelligent , ya Allahku !
Dalam berbagai kajian, diramalkan Ilmuwan seperti inilah nyang nantinya akan ikut menopang adanya keesaan Allah, dan bagi Cendekiawan Muslim (Moslem Scholar) dan Ilmuwan Muslim (Moslem Scientist) merupakan tantangan untuk lebih mempromosikan Syiar Islam dengan cara yang lebih konseptual, universal, rasional dan Islami, karena support awal sudah ada. Ketujuh alasan Ilmuwan itu pernah diterbitkan di majalah Reader Digest 1948 dan diulang tahun 1960 oleh Cressy Morrison. Wassalam.

MENJAUHI DOSA-DOSA BESAR

MENJAUHI DOSA-DOSA BESAR

Dalil-Dalil

Hadis-Hadits

“Tidakkah aku ceitakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x). Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian palsu dan ucapan palsu’. Beliau selalu mengulang-ulangnya sehingga kami berkata, ‘Andaikan beliau diam’” (HR Bukhari Muslim).
“Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat baik-baik’” (HR Bukhari Muslim).

Definisi maksiyat (dosa) dan pembagiannya
1. Maksiyat adalah ketidaktaatan baik mengerjakan hal-hal yang dilarang maupun mengabaikan perintah.
2. Maksiayat meliputi dua bagian, yakni maksiyat yang tergolong dosa besar (kaba’ir) dan dosa kecil (shogho’ir).
a. Kaba’ir adalah setiap dosa yang mengakibatkan hukuman di dunia atau diancam oleh Allah dengan ancaman yang khusus di akhirat; mendapatkan adzab, laknat dan kemarah-Nya. Sebagian ulama berpendapat, kaba’ir adalah dosa yang dilakukan seseorang dengan menganggap enteng dan merasa bangga. Contoh sebagaimana tercantum dalam hadits di atas.
b. Shagha’ir adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat. Sebagian ulama berpendapat, shagha’ir adalah dosa yang ditimbulkan oleh kelalaian dan pelakunya senantiasa menyesal sehingga mengurangi rasa nikmatnya bermaksiyat. “Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti dilakukannya: zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga mendengar, zina lisan adalah berkata, zinanya tangan meraba, zinanya kaki melangkah, sedangkan zinanya hati adalah menginginkan dan berangan-angan, kermudian farjilah yang membenarkan atau mendustakannya’” (HR Muslim).
Diriwayatkan oleh Umar ibnu Abbas dan lainnya, mereka berkata, “Tidak ada dosa besar bila disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus-menerus”.

Sikap Muslim terhadap dosa adalah sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah ibnu Mas’ud, “Seorang mu’min melihat dosanya seolah-olah ia berada pada kaki gunung yang akan runtuh menimpanya, sedangkan orang durhaka (al-fajr) melihat dosanya sebagimana lalat hinggap pada hidungnya, kemudian ia menghalaunnya.”

Enam macam dosa besar di antara dosa-dosa besar
1. Syirik (menyekutukan Allah)
Syirik adalah menyamakan Allah dengan yang lain dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya.
Syirik dapat digolongkan menjadi dua macam: syirik besar (asy-syirku al-akbar) dan syirik kecil (asy-syirku al-asghar).
Syririk Besar
Syirik akbar adalah syirik dalam beribadah dengan menjadikan tuhan-tuhan selain Allah. Allah berfirman,
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-furqan kepada hanba-Nya agar dia menjadi peringatan bagi seluruh alam yang bagi-Nya kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak beranak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dialah yang menetapkan ukuran-ukurannya denan serapi-rapinya. Kemudian mereka menjadikan tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka itu diciptakan dan tidak mampu menolak kemadlartan dari dirinya dan tidak mampu megambil kemanfaatan untuk dirinya, dan tidak kuasa mamatikan, menghidupkan, dan tidak pula mampu membangkitkan” (QS Al-Furqan/25:1-3).

Fenomena syirik ibadah ini bisa dilihat, antara lain;
a. Pemujaan dan do’a pada selain Allah seperti jin, berhala, taghut. Allah menjelaskan perilaku mereka dalam firman-Nya,
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali menyekutukan-Nya” (QS Al-Ankabut/29:65).
b. Hidup tanpa tujuan dan merasa tenang, tenteram, dan ridla dengan kehidupan dunia, tanpa mengingat akhirat sedikitpun. Allah berfirman, “Sesungguhnya orsang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya) petemuan dengn Kami dan merasa puas denan kehidupan dunia serta merasa tenteran dengan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah neraka disaebabkan ulan mereka”. (QS Yunus/10:7-8). “Allah menjelaskan perilaku orang-orang kafir, bahwa mereka itu berdsenang-senang di dunia da\n mereka makan seperti makannya binatang ternak dan neraka adalah tempat tinggal mereka” (QS Muhammad/47:12). Bahkan mereka berkata, ‘Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah kami akan dibangkitkan lagi? Itu adalah pengembalian yang tidak mungkin’” (QS Qaaf/50:3).
c. Ketaatan secara mutlak kepada selain Allah. Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang alim dan rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan selain Allah” (QS-Taubah/3:31).
Diriwayatkan, ketika Adi bin Hathib r.a. mendengarkan Rasulullah saw. membaca ayat di atas, ia berkata, “Wahai rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka”. Kemudian Nabi saw, bersabda, “Bukankah mereka menghalalkan untukmu apa yang diharamkan oleh Allah kemudian kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untukmu apa yang dihahalkan oleh Allah kemudian kamu mengharamkannya?” Ia menjawab, “Memang ya”. Rasulullah bersabda, “Yang demikian itu berarti menyembah mereka” (HR Tirmidzi).
d. Menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah dengan mencintainya melebihi kecintaannya kepada Allah. “Dan diantara manusia ada yang menyembah tandingan-tandisngan selain Allah, merka mencintainya sebagimana mereka mencintai Allah” (QS Al-Baqarah/2:165). Saebagian ulama menjelaskan andaad (tandingan-tandingan) adalah apa saja yang bisa mencabut dari Islam, seperi harta, pangkat, keluarga, dll. (Lihat juga QS At-Taubah/9: 24).
Akibat Syirik Besar
Syirik adalah kedzaliman yang paling besar, karena yang didzalimi adalah Allah SWT. (QS Luqman/31:13). Akibat syirik sangat besar, yakni
1. Tidak diampuni Allah SWT. “Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia” (QS An-Nuisa/4:116).
2. Haram masuk surga. “ Sesungguhnya barang siapa yang menyekutukan Allah maka Allah mengharamkannya masuk surga, dan tempat kembalinya adalah neraka” (QS Al-Maidah/5:72).
3. Terhapusnya semua amal. “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelum kamu, ‘Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan hapuslah seluruh amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS Az-Zumar/39:65).
4. Halal darah dan hartanya. (Hadits Arbain ..............)
Syirik Kecil
Adapun syirik kecil yang bersifat batiniyah seperti riak (memperlihatkan amal), sum’ah (memperdengarkan amal), dan yang bersifat lahiriah anatara lain bersumpah dengan selain Allah, mengatakan ‘Jika dikehendaki oleh Allah dan kamu’, memakai jimat. Syirik kecil walaupun tidak menghilangkan keimanan seseorang, tetapi dapat amenggerogotinya sehingga semakin lama semakin berkurang tanpa disadari.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa beramal dengan menyekutukan Aku di dalamnya, maka amal itu diperuntukkan bagi sesuatu yang disekutukan dengan Aku, sedangkan Aku berlepas dirinya.” (HR Muslim).

1. S i h i r
Sihir adalah mengungkap sesuatu yang sebabnya samar dan tersembunyi sehingga seolah-seolah mengetahui yang ghaib. Para ahli sihir mengungkapkannya dengan meminta bantuan jin (ruh-ruh jahat dan syaithan). Mereka mendatangkan jin untuk dimintai petunjuk dan pertolongan. Allah berfirman’
“Dan bahwasannya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan pada beberapa jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS Al-Jin/72/:6).
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sihir, misalnya, perdukunan (kahanah), peramalan (‘arrafah), mantera-mantera (ruqyah yang terlarang), santet, pelet, sulap dan akrobat (telepati), jailangkung, dll.
Hukum sihir. Sihir termasuk syirik terhadap rubbubiyah Allah, karena mengaku-aku mengetahui yang ghaib, padahal yang mengetahui hal-hal yang ghaib itu hanya Allah saja. Di sisi lain, sihir juga termasuk syirik terhadap uluhiyatullah., karena mengabdi kepada jin dengan amalan-amalan tertentu.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya mantera, jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik” (HR Imam Ahmad). Tiwalah adalah sejenis sihir yang digunakan untuk membuat seorang wanita mencintai suaminya.
Allah mengungkapkan sihir dengan kata ‘kufur’ dalam firman-Nya,
“Dan mereka, orang-orang Yahudi dan ahli kitab mengikuti apa-apa yang dibaca oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), pada hal Sulaiman tidak kufur (mengerjakan sihir), tetapi syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir itu kepada manusia’ (QS Al-Baqarah/2:102).
Ungkapan ‘kufur’ dalam ayat di atas bertujuan untuk membuat manusia menjahui dan membenci sihir, dan menjelaskan bahwa sihir termasuk dosa besar.
Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh jika diketahui bahwa ia tukang sihir sebagaimana yang ditetapkan Umar bin Khaththab r.a. pada masa kekhalifahannya, “Hendaknya kalian membunuh tukang-tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan”.
Tentang orang-orang yang datang pada tukang sihir, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga orang yang tidak masuk surga, yaitu peminum khamr, pemutus silaturrahim, dan orang yang memebenarkan sihir” (HR Imam Ahmad).
Dalam kenyataan, orang-orang yang menggunakan sihir tidak pernah mendapatkan kemenangan dan keberhasilan. Firman Allah, “Dan tidak akan menang para tukang sihir itu dari mana ia datang” (QS Thaha/20:69).

2. Durhaka Kepada Orang Tua
Allah berfirman,
“Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang yang berlipat-lipat dan menyapihnya dalam dua tahun. Besyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepadak-Kulah tempat kembali” (QS Luqman/31:14).
Dalam ayat ini Allah merangkaikan bersyukur kepada kedua orang tua dengan bersyukur kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua. Abdullah ibnu Abbas berkata, “Ada tiga ayat dalam Al-Qur’an yang merangkaikan satu perintah dengan perintah yang lain, yang tidak diterima tampa mengamalkan rangkaian tersebut, yaitu (1) ayat ‘taati Allah dan taatilah Rasul’, Barang siapa yang mentaati Allah tetapi tidak mentaati Rasul, maka tidak diterima; (2) ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat’. Barang siapa yang menjalankan shalat tetapi tidak menjalankan zakat, maka tidak akan diterima; dan (3) ‘Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu’. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur kepada orang tua, maka tidak akan diterima’”.
Rasulullah saw. bersabda, “Ridla Allah terletak pada ridla kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua” (HR Tirmidzi).
“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orang tua, orang mengungkit-ungkit, dan peminum khamr” (HR Bukhari Muslim).
“Allah melaknat orang yang mengumpat bapaknya, Allah mencaci orang yang mengumpat ibunya’ (HR Ibnu Hibban).
“Semua dosa diakhirkan balannya oleh Allah apa yang Ia kehendakisampai hari kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Saesungguhnya Allah menyegerakan siksaan orang yang durhaka kepada kedua orang tua di dunia” (HR Hakim).
“Tiga do’a yang selalu dikabulkan, yaitu do’anya orang yang teraniaya, do’anya orang yang sedang bepergian, dan do’a (buruk) orang tua atas anaknya” (HR Tirmidzi).
Said Hawwa rahimahullah berkomentar dalam kitabnya, Jundullah, “Kita sekarang hidup dalam satu generasi yang mendurhakai bapak ibunya dan lebih mendahulukan/mengutamakan berbuat baik pada teman dan isterinya. Ini adalah sikap dan pemahaman yang terbalik. Seorang muslim adalah tuan bagi isterinya, sedangkan orang tuanya adalah tuan baginya (seorang muslim) sehingga kedua orang tua itu tuan bagi isterinya. Dengan demikian jika ia menjadikan kedua orang tuanya harus mengikuti kehendak isterinya, maka ia telah memutar balik ajaran agamanya. Demikian juga dengan temannya”.
Hak ibu untuk dihurmati lebih besar daripada ayah, karena ibu lebih berat menanggung penderitaan sejak mengandung hingga mengasuh anaknya. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, ada seorang datang kepada Rasulullah saw. lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakan manusia yang paling berhak saya pergaulidengan baik?’ Belia amenjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa’. Belioau menjawab, ‘Ibumu’. Ia abertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Belioau menjawab, ‘Ibumu’. Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian bapakmu’ (HR Bukhari Muslim).
Dalam kisah disebutkan bahwa Al-Qomah menjelang wafatnya, lisannya terkunci, tidak mampu melafalkan laa ilaah illallah. Setelah diselidiki, ternyata ibunya yang telah tua tidak meridlainya. Kemudian ketika ibunya berhasil dibujuk dan memaafkan Al-Qomah, maka lancarlah ia mengucapkan laa ilaaha illallah dan akhirnya meninggal dunia dengan tenang.
Contoh lain durhaka terhadap orang tua adalah tidak mengajak musyawarah dalam urusan rumah tangga, tidak mendahulukan mereka dalam pemberian, menyia-nyiakan keduanya khususnya di masa tuanya, tidak mengikuti keinginannya yang baik, selalu memprotes dengan keras, dll.

3. Lari dari Medan Perang (Desersi)
Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka di waktu itu kecuali berbelok untuk siasat perang, atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, mak sesungguhnya ia kem,bali dengan membawa kemurlkaan Allah, dan tempatnya adalah neraka jahanam dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS Al-Anfal/8:15-16).
Dari ayat di atas dapat diambil beberapa ibrah sebagai berikut:
a. Seorang mu’min yang berjihad di jalan Allah wajib menanggung penderitaan karena sebenarnya umur ada di tangan Allah.
b. Lari dari medan tempur merupakan dosa besar karena dapat mendatangkan bahaya bagi tentara Islam dan kaum muslimin. Rasulullah besabda, “Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan...” yang salah satunya adalah lari dari medan perang.
c. Boleh lari dari medan perang jika merupakan strategi untuk mengecoh musuh, bergabung dengan pasukan lain, dan dalam keadaan darurat.
d. Pertolongan ada di tangan Allah, maka wajib bagi setiap mu’min untuk bertawakkan kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal.

1. Persaksian Palsu
Allah dan rasul-Nya mensejajarkan persaksian palsu dengan syirik. Allah berfirman, “Maka jauhilah oplehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta” (QS Al-Hajj/22:30).
Dan dalam hadits,

Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat, tidak akan bergeser kedua kaki orang yang bersaksi palsu sehingga wajib baginya neraka” (HR Ibnu Majjah dan Hakim).
Orang yang bersaksi palsu berarti telah melakukan beberapa dosa besar sekaligus:
a. Dosa menipu, Rasulullah bersabda, “Seorang mu’min bisa diberi watak apa saja kecuali khiyanat dan dusta” (HR Al-Bazar dan Abu Ya’la).
b. Dosa berbuat aniaya kepada orang yang mendapatkan hukuman karena persaksian palsunya, sehingga ada seseorang yang diambil hartanya, direndahkan martabatnya, dan dihilangkan nyawanya tanpa haq.
c. Dosa berbuat aniaya kepada seseorang yang mendapatkan keuntungan karena kesaksian palsunya, sehingga orang tersebut masuk neraka. Raulullah bersabda. “Barang siapa yang mendapatkan harta saudaranya tanpa haq, karena keputusan saya, maka hendaknya jangan ia mengambilnya, karena aku memberikan kepadanya sepotong api neraka’ (Muttafaq ‘alaih).
d. Dosa menghalalkan apa-apa yang diharamkan dan dijaga oleh Allah, baik berupa harta, harga diri maupun darah.

Maraji’
1. Az-zahabi, Al-Kaba’ir.
2. Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ahkam.
3. Fauzan, At-tauhid.
4. Said Hawwa, Jundullah.

Sujud Sahwi

Sujud Sahwi

Sujud sahwi ialah sujud yang dilakukan orang yang salat sebanyak dua kali untuk menutup kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan salat yang disebabkan lupa.
Sebab-sebab sujud sahwi ada tiga: karena kelebihan, karena kekurangan, dan karena keragu-raguan.
Sujud Sahwi karena Kelebihan
Barangsiapa lupa dalam salatnya kemudian menambah ruku', atau sujud, maka dia harus sujud dua kali sesudah menyelesaikan salatnya dan salamnya. Hal ini berdasarkan hadits berikut:
"Dari Ibnu Mas'ud radhiallaahu anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam salat Dhuhur lima rakaat, kemudian beliau ditanya, 'Apakah salat Dhuhur ditambah rakaatnya?' Beliau balik bertanya, 'Apa itu?' Para sahabat menjelaskan, 'Anda salat lima rakaat'. Kemudian beliau pun sujud dua kali setelah salam. Dalam riwayat lain disebutkan, beliau melipat kedua kakinya dan menghadap kiblat kemudian sujud dua kali, kemudian salam." (Muttafaq 'alaih)
Salam sebelum salat selesai berarti termasuk kelebihan dalam salat, sebab ia telah menambah salam di pertengahan pelaksanaan salat. Barangsiapa mengalami hal itu dalam keadaan lupa, lalu dia ingat beberapa saat setelahnya, maka dia harus menyempurnakan salatnya kemudian salam, setelah itu dia sujud sahwi, kemudian salam lagi. Dalilnya adalah hadis Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu berikut.
"Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam salat Duhur atau Asar bersama para sahabat. Beliau salam setelah salat dua rakaat, kemudian orang-orang yang bergegas keluar dari pintu masjid berkata, 'Salat telah diqashar (dikurangi)?' Nabi pun berdiri untuk bersandar pada sebuah kayu, sepertinya beliau marah. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan bertanya kepadanya, 'Wahai Rasulullah, apakah Anda lupa atau memang salat telah diqashar?' Nabi berkata, 'Aku tidak lupa dan salat pun tidak diqashar.' Laki-laki itu kembali berkata, 'Kalau begitu Anda memang lupa wahai Rasulullah.' Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, 'Benarkah apa yang dikatakannya?' Mereka pun mengatakan, 'Benar.' Maka majulah Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam, selanjutnya beliau salat untuk melengkapi kekurangan tadi, kemudian salam, lalu sujud dua kali, dan salam lagi." (Muttafaq 'alaih)


Sujud Sahwi karena Kekurangan
Barangsiapa lupa dalam salatnya, kemudian ia meninggalkan salah satu sunnah muakkadah (yaitu yang termasuk katagori hal-hal wajib dalam salat), maka ia harus sujud sahwi sebelum salam, seperti misalnya kelupaan melakukan tasyahud awal dan dia tidak ingat sama sekali, atau dia ingat setelah berdiri tegak dengan sempurna, maka dia tidak perlu duduk kembali, cukup baginya sujud sahwi sebelum salam. Dalilnya ialah hadis berikut.
"Dari Abdullah bin Buhainah radhiallaahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam salat Duhur bersama mereka, beliau langsung berdiri setelah dua rakaat pertama dan tidak duduk. Para jamaah pun tetap mengikuti beliau sampai beliau selesai menyempurnakan salat, orang-orang pun menunggu salam beliau, akan tetapi beliau malah bertakbir padahal beliau dalam keadaan duduk (tasyahhud akhir), kemudian beliau sujud dua kali sebelum salam, lalu salam." (Muttafaq 'alaih)
Sujud Sahwi karena Keragu-raguan
Yaitu ragu-ragu antara dua hal (tidak pasti yang mana yang terjadi). Keragu-raguan terdapat dalam dua hal, yaitu antara kelebihan atau kekurangan. Umpamanya, seseorang ragu apakah dia sudah salat tiga rakaat atau empat rakaat.
Keraguan ini ada dua macam:
1. Seseorang lebih cenderung kepada satu hal, baik kelebihan atau kurang, maka dia harus menurutkan mengambil sikap kepada yang lebih ia yakini, kemudian dia melakukan sujud sahwi setelah salam. Dalilnya hadis berikut.
"Dari Abdullah Ibnu Mas'ud radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Apabila salah seorang dari kamu ada yang ragu-ragu dalam salatnya, maka hendaklah lebih memilih kepada yang paling mendekati kebenaran, kemudian menyempurnakan salatnya, lalu melakukan salam, selanjutnya sujud dua kali." (Muttafaq 'alaih)
2. Ragu-ragu antara dua hal, dan tidak condong pada salah satunya, tidak kepada kelebihan dalam pelaksanaan salat dan tidak pula pada kekurangan. Maka, dia harus mengambil sikap kepada hal yang sudah pasti akan kebenarannya, yaitu jumlah rakaat yang lebih sedikit. Kemudian menutupi kekurangan tersebut, lalu sujud dua kali sebelum salam, ini berdasarkan hadits berikut.
"Dari Abu Sa'id al-Khudri radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Apabila salah seorang di antara kamu ragu-ragu dalam salatnya, dia tidak tahu berapa rakaat yang sudah ia lakukan, tigakah atau empat, maka hendaknya ia meninggalkan keraguan itu dan mengambil apa yang ia yakini, kemudian ia sujud dua kali sebelum salam. Jika ia telah salat lima rakaat, maka hal itu menggenapkan pelaksanaan salatnya, dan jika ia salat sempurna empat rakaat, maka hal itu merupakan penghinaan (pengecewaan) terhadap setan." (HR Muslim)
Ringkasnya, bahwa sujud sahwi itu adakalanya sebelum salam dan adakalanya sesudah salam. Adapun sujud sahwi yang dilakukan setelah salam ialah pada dua kondisi:
1. Apabila karena kelebihan (dalam pelaksanaan salat).

2. Apabila karena ragu antara dua kemungkinan, tapi ada kecondongan pada salah satunya.
Adapun sujud sahwi yang dilakukan sebelum salam, juga pada dua kondisi:
1. Apabila dikarenakan kurang (dalam pelaksanaan salat).

2. Apabila dikarenakan ragu antara dua kemungkinan dan tidak merasa lebih berat kepada salah satunya.
Hal-Hal Penting Berkenaan dengan Sujud Sahwi
1. Apabila seseorang meninggalkan salah satu rukun salat, dan yang tertinggal itu adalah takbiratul ihram, maka salatnya tidak terhitung, baik hal itu terjadi secara sengaja ataupun karena lupa, karena salatnya tidak sah.
2. Jika yang tertinggal itu selain takbiratul ihram, dan ditinggalkan secara sengaja, maka batallah salatnya.
3. Jika tertinggal secara tidak sengaja, dan dia sudah berada pada rukun yang ketinggalan tersebut pada rakaat kedua, maka rakaat yang ketinggalan rukunnya dianggap tidak ada, dan dia ganti dengan rakaat yang berikutnya. Dan, jika ia belum sampai pada rakaat kedua, maka ia wajib kembali kepada rukun yang ketinggalan tersebut, kemudian dia kerjakan rukun itu, begitu pula apa-apa yang setelah itu. Pada kedua hal ini, wajib dia melakukan sujud sahwi setelah salam atau sebelumnya.
4. Apabila sujud sahwi dilakukan setelah salam, maka harus pula melakukan salam sekali lagi.
5. Apabila seseorang yang melakukan salat meninggalkan sunnah muakkadah (hal-hal yang wajib dalam salat) secara sengaja, maka batallah salatnya. Jika ketinggalan karena lupa, kemudian dia ingat sebelum beranjak dari sunnah muakkadah tersebut, maka hendaklah dia melaksanakannya dan tidak ada konsekuensi apa-apa. Jika ia ingat setelah melewatinya tetapi belum sampai kepada rukun berikutnya, hendaklah dia kembali untuk melaksanakan rukun tersebut. Kemudian, dia sempurnakan salatnya serta melakukan salam. Selanjutnya, sujud sahwi kemudian salam lagi. Jika ia ingat setelah sampai kepada rukun yang berikutnya, maka sunnah muakkadah itu gugur dan dia tidak perlu kembali kepadanya untuk melakukannya, akan tetapi terus melaksanakan salatnya kemudian sujud sahwi sebelum salam seperti kami sebutkan di atas pada masalah tasyahud awal.
Sumber: Tuntunan Salat Menurut Alquran & As-Sunnah, Syekh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin

AHWALUL MUSLIM ALYAUM

AHWALUL MUSLIM ALYAUM
Ust. M Ihsan Arliansyah Tanjung

Tema ini adalah suatu upaya untuk menggambarkan akan keadaan dunia Islam kontemporer (saat ini) dengan segala kelebihan dan kekurangan-kekurangannya. Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika moral.

Kelemahan dalam kapasitas intelektual (Al Jahlu)

Kelemahan umat Islam yang terkait dengan kapasitas intelektual meliputi:

 Dho’fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan)
Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal (pengkaderan) sangat dirasakan oleh umat Islam masa kini. Jika pendidikan juga pembinaan dan pengkaderan lemah maka akan mustahil melahirkan anasir-anasir dalam nadhatul umat (kebangkitan umat).

 Dho’fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan)
Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi umat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yang lainnya, ini disebabkan karena wawasan umat Islam yang sempit dan terbatas juga lemah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan kemauan umat untuk menuntut ilmu sangat rendah.

 Dho’fut Takhthith (lemah dalam perencanaan-perencanaan)
Umat Islam sekarang ini tidak memiliki strategi yang jelas. Rencana perjuangannya penuh dengan misteri. Hal tersebut disebabkan umat Islam tidak diproduk dari pembinaan-pembinaan yang baik dan tidak memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang memadai.

 Dho’fut Tanjim (lemah dalam pengorganisasian)
Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akn diatas angin sedangkan umat Islam akan menjadi pihak yang kalah. Sesuai perkataan khalifah Ali ra “Kebenaran tanpa sistem yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisasi dengan baik”.



 Dho’ful Amniyah (lemah dalam keamanan)
Masa kini umat Islam lengah dalam menjaga keamanan diri dan kekayaan baik moril dan materil sehingga negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber daya alam dirampok oleh negeri-negeri non muslim. Begitu pula dengan Iman, umat lslam tidak lagi menjaganya tidak ada amniyah pada aqidah dan dibiarkan serbuan-serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yang memadai.

 Dho’fut Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri)
Umat Islam dewasa ini tidak menyadari bahwa begitu banyak nikmat-nikmat yang Allah SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam mersyukuri segala nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kuatut tanfidz yaitu kekuatan untuk memobilisir diri dan sekarang umat Islam lemah sekali dalam memobolisir diri apalagi memobilisir secara kolektifitas.

Kelemahan dalam problematika moral (Maradun Nafs)

Kelemahan-kelemahan dalam problematika moral yang terjadi pada umat Islam sekarang yaitu:

• Adamus Saja’ah (hilangnya keberanian)
Umat Islam tidak seperti dahulu yang berprinsip laa marhuba illalah (tiada yang ditakuti selain Allah) sehingga tidak memiliki keberanian seperti orang-orang terdahulu yakni Rasulullah dan para sahabatnya yang terkenal pemberani. Sekarang ini umat Islam mengalami penyakit Al Juban (pengecut). Rasa takut dan berani itu berbanding terbalik sehingga jika seorang umat Islam takut kepada Allah maka ia akan berani kepada selain Allah tetapi sebaliknya jika ia takut kepada selain Allah maka ia akan berani menentang aturan-aturan Allah SWT.

• Adamus Sabat (hilangnya sikap teguh pendirian)
Umat Islam mulai memperlihatkan mudah mengalami penyimpangan-penyimpangan dan perjalanan hidupnya karena disebabkan oleh :
1. termakan oleh rayuan-rayuan
2. terserang oleh intimidasi atau teror-teror.
Salah satu illutrasi hilangnya sabat (keteguhan) ini adalah prinsif-prinsif hidup kaum muslimin tidak lagi dipegang hanya sering diucapkan tanpa dipraktekan. Sebagai contoh Islam mengajarkan kebersihan sebagian dari Iman tetapi di negari-negeri kaum muslim kondisinya tidak bersih menjadi pemandangan pada umumnya.



• Adamut Dzikriyah (hilangnya semangat untuk mengingat Allah)
Dalam Islam lupa diri sebab utamanya ialah karena lupa kepad Allah. Umat Islam dzikirullah-nya lemah maka mereka kehilangan identitas mereka sendiri sebagai Al Muslimum. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qs. Al Hasyr ayat 19 “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.

• Adamus Sabr (hilangnya kesabaran)
Kesabaran merupakan salah satu pertolongan yang paling pokok bagi keberhasilan seorang muslim, sesuai firman Allah Qs.2:153 “Hai orang-orang beriman mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.
Kesabaran meliputi:
1. Ashabru bitha’at (sabar dalam ketaatan)
2. Ashabru indal mushibah (ketaatan ketika tertimpa musibah)
3. Ashabru anil ma’siat (sabar ketika menghadapi maksiat)
Sebagai umat Islam harus memiliki kesabaran ketiganya.

• Adamul Ikhlas (hilangnya makna ikhlas)
Ikhlas tidak identik dengan tulus. Tulus artinya melakukan sesuatu tanpa perasaan terpaksa padahal bisa saja orang itu ikhlas walaupun ada perasaan terpaksa. Contohnya pada seseorang yang melakukan shalat subuh yang baru saja jaga malam sehingga sanat terasa kantuk tetapi karena shalat adalah suatu kewajiban perintah Allah swt ia tetap mengerjakannya dsb.

• Adamul Iltizam (hilangnya komitmen)
Dewasa ini kaum muslimin kebanyakan tidak istiqomah berkomitmen terhadap Islam bahkan tidak sepenuhnya sadar bahwa Islam harus menjadi pengikat utama dalam hidupnya sehingga mereka banyak menggunakan isme-isme yang lain.

AKHLAK TERCELA

AKHLAK TERCELA

Ta’rif Akhlak

Akhlak adalah situasi hati yang mantap, yang muncul ke permukaan dari individu muslim dengan reflek tanpa dipertimbangkan. Apabila situasi hati itu menimbulkan amal perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang timbul darinya adalah amal perbuatan yang buruk, berarti situasi yang menjadi sumbernya adalah situasi hati atau akhlak yang buruk.
Di antara akhlak yang buruk tersebut adalah kesombongan (al-kibr).
Apakah kibr itu? Ia adalah perasaan yang cenderung memandang diri lebih dari orang lain dan meremehkannya. Kesombongan memerlukan adanya orang yang disombongi dan hal-hal yang dipergunakan untuk menyombongkan diri.
Meskipun demikian, seseorang yang menganggap dirinya besar tidak serta merta disebut sombong. Sebab ada kalanya seseorang meganggap dirinya besar akan tetapi ia memandang orang lain sejajar dengannya, atau bahkan lebih besar daripada dirinya. Demikian juga, seseorang yang menganggap orang lain rendah tidak serta merta pasti orang sombong, sebab bisa jadi ia memandang dirinya sejajar dengannya atau bahkan lebih rendah.

Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang mencela sikap sombong
* Kemudian Kami katakan kepada malaikat,”Bersujudlah kalian kepada Adam.” Mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk yang bersujud, Allah berfirman,”Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam ketika Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman, “Turunlah kamu dari surga, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.” Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Al-A’raf/7: 11-13)
* Aku akan memalingkan orang-orang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat-Ku, tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, maka tidak mau menempuhnya. Tetapi jika mereka melihat jalan keksesatan, mereka terus menempuhnya.Yang demikian itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka selalu melalaikannya. (Al-A’raf/7: 146)
* Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (Al-Mukmin/40: 60)

Rasulullah saw. bersabda,
لاَ يَدْخًلً اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ ِفيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ . رواه مسلم
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan. (HR. Muslim)

Dari Abu Hurarirah ra., dari Nabi saw., Allah swt. berfirman, Kesombongan adalah kain selendang-Ku, kebesaran-Ku. Pada salah satu dari keduanya niscaya Aku akan menyiksamu di dalam neraka jahanam, dan Aku tidak mempedulikannya. (HR Muslim).

Nabi saw. bersabda, Orang-orang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam bentuk semut yang diinjak-injak ummat manusia karena penghinaan mereka kepada Allah. (HR. Al-Bazzar).

Bahaya Takabbur

Dari ayat-ayat dan Hadits di atas dapatlah diketahui bahwa akibat dan bahaya takabbur banyak sekali. Betapa tidak, sedangkan Nabi saw telah menjelaskan bahwa orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun kecil, tidak akan masuk surga. Hal ini karena sikap sombong menjadi tabir antara seorang hamba dengan akhlak orang yang beriman seluruhnya. Sedangkan akhlak tersebut merupakan pintu-pintu masuk surga. Dan kesombongan telah menutup pinut-pintu itu seluruhnya. Sebab oirang yang sombong tidak dapat mencintai orang beriman yang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri, tidak dapat berlaku tawadhu’, padahal tawadhu’ merupakan pangkal akhlak orang beriman yang bertakwa. Ia tidak dapat terus-menerus menjaga kejujuran, tidak dapat meninggalkan rasa dendam, marah, dan dengki; tidak dapat memberi nasehat orang lain; selalu menghina orang dan menggunjingnya.
Sikap sombong inilah yang merupakan dosa pertama iblis yang dipergunakan untuk durhaka kepada Allah. Akibatnya ia diusir dari jannah, kemudian timbul dendam kepada Adam a.s.
Seburuk-buruk kesombongan adalah kesombongan yang dapat menghalangi pelakunya untuk mendapatkan manfaat ilmu dan mengahalangi pelakunya untuk menerima kebenaran dari orang lain dan tunduk kepada kebenaran Oleh karena itu Rasulullah saw menjelaskan kesombongan dengan dua macam bahaya ini ketika beliau ditanya oleh Tsabit bin Qais. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya adalah orang yang suka keindahansebagaimana Engkau lihat. Apakah itu trmasuk sombong?” Nabi amenjawab, “Tidak. Akan tetapi kesombongsan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR Muslim).
Jadi setiap yang memandang dirinya lebih baik daripada orang lain dan menghinanya serta memandangnya dengan sinis, atau menolak kebenaran padahal ia mengetahuinya, maka ia telah sombong dan merebut hak-hak Allah.

Faktor-Faktor Penyebab Kesombongan

Ada beberapa sebab yang dapat menimbulkan kesombongan, Ada yang bersifat keagamaan seperti ilmu dan amal, dan ada yang bersifat keduniaan seperti nasab, ketampanan, kekayaan, dan banyaknya pendukung.

1. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dapat dengan cepat menjangkiti orang menjadi sombong. Seseorang merasa dalam dirinya terdapat kesempurnaan ilmu, lalu merasa dirinya hebat, menganggap orang lain bodoh. Kesombongan karena ilmu disebabkan dua hal: pertama, karena menekuni sesuatu yang disebut ilmu, padahal sebenarnya bukan. Sebab ilmu yang hakiki dapat untuk mengenal Tuhannya, dan dapat mengenalkan berbagai hal ketika berurusan dengan Allah. Ilmu yang benar dapat menimbulkan rasa takut dan tawadhu’, bukan sebaliknya. Seperti dalam firman Allah,“Sesungguhnya yang takut pada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama’” (QS Fathir/35: 28)
Kedua, menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa yang rendah dan akhlak yang buruk. Seseorang tidak lebih dahulu melakukan tazkiatun nafs, menekuni pensucian jiwa dan pembersihan hatinya dengan berbagai macam mujahadah, dan tidak menempa jiwanya dengan ibadah. Akibatnya, ilmu yang ditekuninya tidak membawa bekas kebaikan.
Cara mengatasinya. Kesombongan karena ilmu dapat diilaj dengan mengetahui bahwa keutamaan ilmu itu hanyalah dengan disertai niat yang baik dan mengamalkannya serta menyebarluaskannya karena Allah tanpa menmgharapkan manfaat dari manusia. Jika tidak demikian akan menyebabkan seorang yang berilmu lebih rendah martabatnya daripada orang yang bodoh.
Dari Usamah bin Zaid r.a., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada orang yang dibawa pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka sehingga isi perutnya keluar, lalu ia berputar-putar seperti keledai berputar-putar dalam penggilingan. Kemudia para ahli neraka mengelilinginya dan berkata, ‘Hai Fulan, mengapa kamu (demikian), bukankah kamu (dahulu) memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar?’ Ia menjawab, ‘Ya, saya dahulu saya memerintahkan yang ma’ruf, namun saya tidak mengerjakannya, dan saya mencegah yang mungkar, namun saya mengerjakannya’” (HR Muslim).

2. Amal dan Ibadah

Ahli ibadah kadang-kadang menyombongkan diri atas orang-orang lain, terhadap orang yang tidak melakukan amal ibadah seperti yang dilakukannya. Sikap seperti ini adalah sebuah kebodohan.
Cara mengatasinya adalah dengan memahami bahwa keutamaan ibadah itu jika diterima oleh Allah. Dan diterimanya ibadah itu jika telah memenuhi syarat-syarat dan rukunnya, serta menjauhi apa saja yang dapat merusaknya.Tentunya juga tetap disertai dengan niat ikhlas, taqwa dan terjaga dari hal-hal yang dapat merusakkannya. Allah berfirman, “Maka janganlah kamu menganggap suci dirimu sendiri. Dia lebih mengetahui orang yang bertaqwa” (QSAn-Najm/ : 32). Ayat ini mengisyaratkan bahwa pensucian jiwa itu hanya dengan taqwa. “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal ibadah) dari orang-orang yang bertaqwa” (QS Al-Maidah/5:27).

Ketiga, Keturunan dan Nasab. Tidak sedikit kasus orang-orang yang membanggakan diri hanya karena keturuna atau nasab. Ungkapan mereka “siapa kamu” atau “siapa orang tuamu”, “aku keturunan si anu” dan “lancang sekali kamu berani bicara denganku” adalah contohnya.
Untuk mengatasi sikap demikian dapat memperhatikan wasiat Rasulullah sebagai berikut:
Telah diriwayatkan Abu Dzar r.a..Ia berkata, “Saya pernah mengejek seseorang di sisi Nabi saw. Saya berkata kepadanya, ‘Hai, anak si wanita hitam!’ Kemudian Nabi saw. marah dan bersabda, ‘Hai, Abu Dzar! Tidak ada kelebihan bagi anak perempuan berkulit putih atas anak perempuan berkulit hitam’. ‘Lalu saya berbaring dan berkata kepada orang tersebut, ‘Berdirilah dan injaklah pipiku!’” (HR Ibnul Mubarak).
Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana Abu Dzar menyadari kekeliruannya, yakni sombong, dan kesiapan menerima balasan (hukuman) langung dari orang yang bersangkutan. Ia mengetahui bahwa kesombongan akan membawa kehinaan.
Nabi saw. bersabda, “Jika hari kiamat trelah tiba, Allah menyuruh seseorang untuk berseru, ‘Ketahuilah bahwa Aku (Allah) telah menjadikan nasab (yang mulia) dan kamu menjadikan nasab yang lain. Aku telah menjadikan yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa. Lalu kamu enggan (menerimanya), bahkan mengatakan, ‘Si Fulan anak si Fulan lebih baik daripada si Fulan anak si Fulan’. Maka Saya mengangkat nasab (ketetapan)-Ku dan Aku merendahkan nasab (ketetapanmu)’” (HR Baihaqi dan Thabrani).

Keempat, Kecantikan atau Ketampanan.

Ini banyak terjadi pada kaum wanita. Karena kecantikannya menadi sombong dan mencela orang lain, dan menyebut-nyebut cacat (kekurangannya).
Untuk mengatasi hal ini dengan memperhatikan aspek batin dan jangan memandang lahiriahnya. Sebab secara lahiriah, manusia pada umumnya sama saja. Misalnya perut ada tahinya, hidung dan telinga ada kotorannya, keringatnya berbau, dll. Dengan cara demikian ini, kita dapat mengetahui berbagai keburukan manusia yang diciptakan dari sesuatu yang menjijikkan, kemudian mati dan menjadi bangkai. Kecantikan dan ketampanan tidaklah kekal. Ia dapat rusak dan hilang setiap saat karena sakit atau sebab lainnya.
Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk (lahiriah)-mu, tetapi melihat hatimu” (HR )

Kelima, Harta Kekayaan.

Ini biasanya mengenai orang-orang yang kaya (aghniya’). Kelebihan dalam kekayaan atau materi, seperti rumah, kendaraan, pakaian, dan harta benda yang lain menyebabkan 0rang kaya menghina yang miskin.
Cara mengatasi hal ini dengan merenungkan hakikat kekayaan. Nabi bersabda, “Kekayaan itu bukanlah banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya jiwa” (HR ).

Keenam, Banyaknya Pengikut dan Kekuasaan.

Ini biasanya mengenai para pemimpin dan para tokoh. Kedudukan (kekuasaan) berkait erat dengan banyak pengikut atau pendukung. Keduanya sering menjadikan seseorang trjatuh dalam kesombongan.
Untuk mengatasi kedua sebab kesombongan itu adalah dengan memahami keberadaannya. Takabbur karena dua hal tersebut merupakan kesombongan yang paling buruk, karena sombong dengan sesuatu yang di luar dzat manusia. Seseorang memilikinya hanya sebagai pinjaman yang dapat diambil kembali oleh pemiliknya dengan cepat. Andaikata keduanya telah dicabut, maka bisa jadi orang trsebut akan menjadi yang paling rendah dan hina.
Layak kiranya bagi orang yang budiman untuk menghadap Yang Kekal, yang tidak akan hilang, dan memikirkan firman Allah berikut.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan (QS Al-Kahfi/18:46).
“Katakanlah, “Ya, Allah Penguasa segala penguasa, Engkau brikan kekuasaan kepada yang Kau kehendaki, dan Engkau cabut dari siapa yang Kau kehendaki; Engkau muliakan siapa yang Kau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Kau kehendaki dengan kaikan kekuasaan-Mu. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu’” (QS Ali Imran/3:26)

Ketujuh, Kekuatan Fisik dan Keperkasaan.

Orang-orang yang badannya besar, kekar dan perkasa sering terlalu membanggakannya sehinga terperosok pada kesombongan. Mereka merasa kuat dan tak terkalahkan.
Untuk menghilangkan (mengilaj) kesombongan ini dengan mengetahui dan menyadari bahwa kekuatan fisik bukanlah hakikan kemuliaan yang sesungguhnya; ia tidak kekal dan dapat hilang dengan mudahnya. Misalnya orang yang sangat kuat dan perkasa bisa menjadi lumpuh karena struk. Atau akan menjadi lemah setelah terkena irus HIV. Jadi tidaklah layak menyombongkan diri hanya karena kelebihan fisik dan keperkasaan.

Kesimpulan
1. Takabbur adalah rasa senang dan cenderung memandang dirinya melebihi orang lain dan meremehkannya.
2. Hal-hal yang menyebabkan kesombongan adalah: ilmu, amal, ketmpanan/kecantikan, keturuna dan nasab, harta kekayaan, kekuatan fisik dan keperkasaan, kekuasaan dan banyaknya pengikut/pendukung.
3. Akibat kesombongan adalah timbulnya perilaku tercela. Misalnya tidak dpat mencintai saudara seiman sebagaimana mencintai dirinya sendiri, tidak dapat berlaku tawadhu’, tidak dapat menjaga kejujuran, tidak dapat menjahui rasa dendam, marah dan dengki, tidak dpat bersikap lemah lembut, tidak mau menerima nasihat orang lain, suka menghina orang lain, dan sebaginya.
4. Bahaya kesombongan yang paling buruk adalah menghalangi pelakunya dari mengambil manfaat ilmu, dan menolak kebenaran yang disampaikan orang lain. Dan akhirnya dapat menghalangi pelakunya masuk surga.

Maraji’
1. An-Nawawy, Riyadhus-Shalihin.
2. Said Hawa. 1999. Mensucikan Jiwa. Jakarta: Robbani Press.
3. Qoyyim, Al-Jauziyah. 1998. Pendakian Menuju Allah SWT. Jakarta; Al-Kautsar.