Senin, 04 Agustus 2008

MENJAUHI DOSA-DOSA BESAR

MENJAUHI DOSA-DOSA BESAR

Dalil-Dalil

Hadis-Hadits

“Tidakkah aku ceitakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x). Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian palsu dan ucapan palsu’. Beliau selalu mengulang-ulangnya sehingga kami berkata, ‘Andaikan beliau diam’” (HR Bukhari Muslim).
“Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat baik-baik’” (HR Bukhari Muslim).

Definisi maksiyat (dosa) dan pembagiannya
1. Maksiyat adalah ketidaktaatan baik mengerjakan hal-hal yang dilarang maupun mengabaikan perintah.
2. Maksiayat meliputi dua bagian, yakni maksiyat yang tergolong dosa besar (kaba’ir) dan dosa kecil (shogho’ir).
a. Kaba’ir adalah setiap dosa yang mengakibatkan hukuman di dunia atau diancam oleh Allah dengan ancaman yang khusus di akhirat; mendapatkan adzab, laknat dan kemarah-Nya. Sebagian ulama berpendapat, kaba’ir adalah dosa yang dilakukan seseorang dengan menganggap enteng dan merasa bangga. Contoh sebagaimana tercantum dalam hadits di atas.
b. Shagha’ir adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat. Sebagian ulama berpendapat, shagha’ir adalah dosa yang ditimbulkan oleh kelalaian dan pelakunya senantiasa menyesal sehingga mengurangi rasa nikmatnya bermaksiyat. “Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti dilakukannya: zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga mendengar, zina lisan adalah berkata, zinanya tangan meraba, zinanya kaki melangkah, sedangkan zinanya hati adalah menginginkan dan berangan-angan, kermudian farjilah yang membenarkan atau mendustakannya’” (HR Muslim).
Diriwayatkan oleh Umar ibnu Abbas dan lainnya, mereka berkata, “Tidak ada dosa besar bila disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus-menerus”.

Sikap Muslim terhadap dosa adalah sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah ibnu Mas’ud, “Seorang mu’min melihat dosanya seolah-olah ia berada pada kaki gunung yang akan runtuh menimpanya, sedangkan orang durhaka (al-fajr) melihat dosanya sebagimana lalat hinggap pada hidungnya, kemudian ia menghalaunnya.”

Enam macam dosa besar di antara dosa-dosa besar
1. Syirik (menyekutukan Allah)
Syirik adalah menyamakan Allah dengan yang lain dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya.
Syirik dapat digolongkan menjadi dua macam: syirik besar (asy-syirku al-akbar) dan syirik kecil (asy-syirku al-asghar).
Syririk Besar
Syirik akbar adalah syirik dalam beribadah dengan menjadikan tuhan-tuhan selain Allah. Allah berfirman,
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-furqan kepada hanba-Nya agar dia menjadi peringatan bagi seluruh alam yang bagi-Nya kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak beranak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dialah yang menetapkan ukuran-ukurannya denan serapi-rapinya. Kemudian mereka menjadikan tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka itu diciptakan dan tidak mampu menolak kemadlartan dari dirinya dan tidak mampu megambil kemanfaatan untuk dirinya, dan tidak kuasa mamatikan, menghidupkan, dan tidak pula mampu membangkitkan” (QS Al-Furqan/25:1-3).

Fenomena syirik ibadah ini bisa dilihat, antara lain;
a. Pemujaan dan do’a pada selain Allah seperti jin, berhala, taghut. Allah menjelaskan perilaku mereka dalam firman-Nya,
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali menyekutukan-Nya” (QS Al-Ankabut/29:65).
b. Hidup tanpa tujuan dan merasa tenang, tenteram, dan ridla dengan kehidupan dunia, tanpa mengingat akhirat sedikitpun. Allah berfirman, “Sesungguhnya orsang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya) petemuan dengn Kami dan merasa puas denan kehidupan dunia serta merasa tenteran dengan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah neraka disaebabkan ulan mereka”. (QS Yunus/10:7-8). “Allah menjelaskan perilaku orang-orang kafir, bahwa mereka itu berdsenang-senang di dunia da\n mereka makan seperti makannya binatang ternak dan neraka adalah tempat tinggal mereka” (QS Muhammad/47:12). Bahkan mereka berkata, ‘Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah kami akan dibangkitkan lagi? Itu adalah pengembalian yang tidak mungkin’” (QS Qaaf/50:3).
c. Ketaatan secara mutlak kepada selain Allah. Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang alim dan rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan selain Allah” (QS-Taubah/3:31).
Diriwayatkan, ketika Adi bin Hathib r.a. mendengarkan Rasulullah saw. membaca ayat di atas, ia berkata, “Wahai rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah mereka”. Kemudian Nabi saw, bersabda, “Bukankah mereka menghalalkan untukmu apa yang diharamkan oleh Allah kemudian kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untukmu apa yang dihahalkan oleh Allah kemudian kamu mengharamkannya?” Ia menjawab, “Memang ya”. Rasulullah bersabda, “Yang demikian itu berarti menyembah mereka” (HR Tirmidzi).
d. Menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah dengan mencintainya melebihi kecintaannya kepada Allah. “Dan diantara manusia ada yang menyembah tandingan-tandisngan selain Allah, merka mencintainya sebagimana mereka mencintai Allah” (QS Al-Baqarah/2:165). Saebagian ulama menjelaskan andaad (tandingan-tandingan) adalah apa saja yang bisa mencabut dari Islam, seperi harta, pangkat, keluarga, dll. (Lihat juga QS At-Taubah/9: 24).
Akibat Syirik Besar
Syirik adalah kedzaliman yang paling besar, karena yang didzalimi adalah Allah SWT. (QS Luqman/31:13). Akibat syirik sangat besar, yakni
1. Tidak diampuni Allah SWT. “Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia” (QS An-Nuisa/4:116).
2. Haram masuk surga. “ Sesungguhnya barang siapa yang menyekutukan Allah maka Allah mengharamkannya masuk surga, dan tempat kembalinya adalah neraka” (QS Al-Maidah/5:72).
3. Terhapusnya semua amal. “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelum kamu, ‘Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan hapuslah seluruh amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS Az-Zumar/39:65).
4. Halal darah dan hartanya. (Hadits Arbain ..............)
Syirik Kecil
Adapun syirik kecil yang bersifat batiniyah seperti riak (memperlihatkan amal), sum’ah (memperdengarkan amal), dan yang bersifat lahiriah anatara lain bersumpah dengan selain Allah, mengatakan ‘Jika dikehendaki oleh Allah dan kamu’, memakai jimat. Syirik kecil walaupun tidak menghilangkan keimanan seseorang, tetapi dapat amenggerogotinya sehingga semakin lama semakin berkurang tanpa disadari.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa beramal dengan menyekutukan Aku di dalamnya, maka amal itu diperuntukkan bagi sesuatu yang disekutukan dengan Aku, sedangkan Aku berlepas dirinya.” (HR Muslim).

1. S i h i r
Sihir adalah mengungkap sesuatu yang sebabnya samar dan tersembunyi sehingga seolah-seolah mengetahui yang ghaib. Para ahli sihir mengungkapkannya dengan meminta bantuan jin (ruh-ruh jahat dan syaithan). Mereka mendatangkan jin untuk dimintai petunjuk dan pertolongan. Allah berfirman’
“Dan bahwasannya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan pada beberapa jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS Al-Jin/72/:6).
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sihir, misalnya, perdukunan (kahanah), peramalan (‘arrafah), mantera-mantera (ruqyah yang terlarang), santet, pelet, sulap dan akrobat (telepati), jailangkung, dll.
Hukum sihir. Sihir termasuk syirik terhadap rubbubiyah Allah, karena mengaku-aku mengetahui yang ghaib, padahal yang mengetahui hal-hal yang ghaib itu hanya Allah saja. Di sisi lain, sihir juga termasuk syirik terhadap uluhiyatullah., karena mengabdi kepada jin dengan amalan-amalan tertentu.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya mantera, jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik” (HR Imam Ahmad). Tiwalah adalah sejenis sihir yang digunakan untuk membuat seorang wanita mencintai suaminya.
Allah mengungkapkan sihir dengan kata ‘kufur’ dalam firman-Nya,
“Dan mereka, orang-orang Yahudi dan ahli kitab mengikuti apa-apa yang dibaca oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), pada hal Sulaiman tidak kufur (mengerjakan sihir), tetapi syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir itu kepada manusia’ (QS Al-Baqarah/2:102).
Ungkapan ‘kufur’ dalam ayat di atas bertujuan untuk membuat manusia menjahui dan membenci sihir, dan menjelaskan bahwa sihir termasuk dosa besar.
Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh jika diketahui bahwa ia tukang sihir sebagaimana yang ditetapkan Umar bin Khaththab r.a. pada masa kekhalifahannya, “Hendaknya kalian membunuh tukang-tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan”.
Tentang orang-orang yang datang pada tukang sihir, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga orang yang tidak masuk surga, yaitu peminum khamr, pemutus silaturrahim, dan orang yang memebenarkan sihir” (HR Imam Ahmad).
Dalam kenyataan, orang-orang yang menggunakan sihir tidak pernah mendapatkan kemenangan dan keberhasilan. Firman Allah, “Dan tidak akan menang para tukang sihir itu dari mana ia datang” (QS Thaha/20:69).

2. Durhaka Kepada Orang Tua
Allah berfirman,
“Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang yang berlipat-lipat dan menyapihnya dalam dua tahun. Besyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepadak-Kulah tempat kembali” (QS Luqman/31:14).
Dalam ayat ini Allah merangkaikan bersyukur kepada kedua orang tua dengan bersyukur kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua. Abdullah ibnu Abbas berkata, “Ada tiga ayat dalam Al-Qur’an yang merangkaikan satu perintah dengan perintah yang lain, yang tidak diterima tampa mengamalkan rangkaian tersebut, yaitu (1) ayat ‘taati Allah dan taatilah Rasul’, Barang siapa yang mentaati Allah tetapi tidak mentaati Rasul, maka tidak diterima; (2) ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat’. Barang siapa yang menjalankan shalat tetapi tidak menjalankan zakat, maka tidak akan diterima; dan (3) ‘Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu’. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur kepada orang tua, maka tidak akan diterima’”.
Rasulullah saw. bersabda, “Ridla Allah terletak pada ridla kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua” (HR Tirmidzi).
“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orang tua, orang mengungkit-ungkit, dan peminum khamr” (HR Bukhari Muslim).
“Allah melaknat orang yang mengumpat bapaknya, Allah mencaci orang yang mengumpat ibunya’ (HR Ibnu Hibban).
“Semua dosa diakhirkan balannya oleh Allah apa yang Ia kehendakisampai hari kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Saesungguhnya Allah menyegerakan siksaan orang yang durhaka kepada kedua orang tua di dunia” (HR Hakim).
“Tiga do’a yang selalu dikabulkan, yaitu do’anya orang yang teraniaya, do’anya orang yang sedang bepergian, dan do’a (buruk) orang tua atas anaknya” (HR Tirmidzi).
Said Hawwa rahimahullah berkomentar dalam kitabnya, Jundullah, “Kita sekarang hidup dalam satu generasi yang mendurhakai bapak ibunya dan lebih mendahulukan/mengutamakan berbuat baik pada teman dan isterinya. Ini adalah sikap dan pemahaman yang terbalik. Seorang muslim adalah tuan bagi isterinya, sedangkan orang tuanya adalah tuan baginya (seorang muslim) sehingga kedua orang tua itu tuan bagi isterinya. Dengan demikian jika ia menjadikan kedua orang tuanya harus mengikuti kehendak isterinya, maka ia telah memutar balik ajaran agamanya. Demikian juga dengan temannya”.
Hak ibu untuk dihurmati lebih besar daripada ayah, karena ibu lebih berat menanggung penderitaan sejak mengandung hingga mengasuh anaknya. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, ada seorang datang kepada Rasulullah saw. lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakan manusia yang paling berhak saya pergaulidengan baik?’ Belia amenjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa’. Belioau menjawab, ‘Ibumu’. Ia abertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Belioau menjawab, ‘Ibumu’. Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian bapakmu’ (HR Bukhari Muslim).
Dalam kisah disebutkan bahwa Al-Qomah menjelang wafatnya, lisannya terkunci, tidak mampu melafalkan laa ilaah illallah. Setelah diselidiki, ternyata ibunya yang telah tua tidak meridlainya. Kemudian ketika ibunya berhasil dibujuk dan memaafkan Al-Qomah, maka lancarlah ia mengucapkan laa ilaaha illallah dan akhirnya meninggal dunia dengan tenang.
Contoh lain durhaka terhadap orang tua adalah tidak mengajak musyawarah dalam urusan rumah tangga, tidak mendahulukan mereka dalam pemberian, menyia-nyiakan keduanya khususnya di masa tuanya, tidak mengikuti keinginannya yang baik, selalu memprotes dengan keras, dll.

3. Lari dari Medan Perang (Desersi)
Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka di waktu itu kecuali berbelok untuk siasat perang, atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, mak sesungguhnya ia kem,bali dengan membawa kemurlkaan Allah, dan tempatnya adalah neraka jahanam dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS Al-Anfal/8:15-16).
Dari ayat di atas dapat diambil beberapa ibrah sebagai berikut:
a. Seorang mu’min yang berjihad di jalan Allah wajib menanggung penderitaan karena sebenarnya umur ada di tangan Allah.
b. Lari dari medan tempur merupakan dosa besar karena dapat mendatangkan bahaya bagi tentara Islam dan kaum muslimin. Rasulullah besabda, “Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan...” yang salah satunya adalah lari dari medan perang.
c. Boleh lari dari medan perang jika merupakan strategi untuk mengecoh musuh, bergabung dengan pasukan lain, dan dalam keadaan darurat.
d. Pertolongan ada di tangan Allah, maka wajib bagi setiap mu’min untuk bertawakkan kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal.

1. Persaksian Palsu
Allah dan rasul-Nya mensejajarkan persaksian palsu dengan syirik. Allah berfirman, “Maka jauhilah oplehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta” (QS Al-Hajj/22:30).
Dan dalam hadits,

Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat, tidak akan bergeser kedua kaki orang yang bersaksi palsu sehingga wajib baginya neraka” (HR Ibnu Majjah dan Hakim).
Orang yang bersaksi palsu berarti telah melakukan beberapa dosa besar sekaligus:
a. Dosa menipu, Rasulullah bersabda, “Seorang mu’min bisa diberi watak apa saja kecuali khiyanat dan dusta” (HR Al-Bazar dan Abu Ya’la).
b. Dosa berbuat aniaya kepada orang yang mendapatkan hukuman karena persaksian palsunya, sehingga ada seseorang yang diambil hartanya, direndahkan martabatnya, dan dihilangkan nyawanya tanpa haq.
c. Dosa berbuat aniaya kepada seseorang yang mendapatkan keuntungan karena kesaksian palsunya, sehingga orang tersebut masuk neraka. Raulullah bersabda. “Barang siapa yang mendapatkan harta saudaranya tanpa haq, karena keputusan saya, maka hendaknya jangan ia mengambilnya, karena aku memberikan kepadanya sepotong api neraka’ (Muttafaq ‘alaih).
d. Dosa menghalalkan apa-apa yang diharamkan dan dijaga oleh Allah, baik berupa harta, harga diri maupun darah.

Maraji’
1. Az-zahabi, Al-Kaba’ir.
2. Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ahkam.
3. Fauzan, At-tauhid.
4. Said Hawwa, Jundullah.

Tidak ada komentar: